nisaahani: blogger yang suka sharing review: Tips dalam Mendidik Anak Ala Milenial

Sabtu, 28 November 2020

Tips dalam Mendidik Anak Ala Milenial

Setiap orang tua pastinya punya cara didik anak yang baik dan benar (https://www.pfimegalife.co.id/literasi-keuangan/proteksi/read/cara-mendidik-anak-yang-baik) sesuai dengan dirinya sendiri. Bahkan yang belum jadi orang tua atau menikah (seperti saya) pun mungkin sudah memikirkan kira-kira bakal seperti apa sih mendidik anaknya nanti.

Eits, memikirkan dan merencanakan bagaimana nanti berumah tangga dan mendidik anak sejak dini itu sesuatu yang bagus loh.

Jadinya para calon orang tua tidak asal memilih pasangan atau asal punya anak. Semua dipikirkan dengan matang-matang, demi tercapainya keluarga sakinah mawadah warrahmah dan punya anak yang sholeh/sholahah nan membanggakan.

tips dalam mendidik anak
Sumber foto: unsplash

Oke, ini beberapa tips mendidik anak versi saya yang terinspirasi dari mana-mana yang mungkin banget bermanfaat buat para orang tua milenial atau di zaman apapun:

1. Mengajarkan kebaikan


Ke siapapun, apalagi anak, usahakan selalu baik dan dengan cara yang baik. Memberi makan dan fasilitasnya juga dari uang serta cara yang baik.

Bahkan, cara membuat anaknya pun dengan baik, tidak lupa berdoa. Dengan ini, diharapkan anak akan selalu baik. Karena terbiasa dengan kebaikan.

Berbicara pun diusahakan harus baik. Karena omongan orang tua itu bisa jadi doa. Jadi, sekesal apapun sama anak, tetap berkata yang baik atau diam.

Anak juga sebisa mungkin harus dibiasakan baik, dari pola pikirnya, tingkah lakunya, sampai berbicaranya. Dengan manner yang baik dan terbiasa berkata tolong, maaf, terima kasih.

2. Mengajarkan dan menerapkan pola pikir yang benar


Tidak hanya baik, anak sedari kecil juga harus dibiasakan mempunyai pola pikir yang benar berdasarkan agama dan fakta.

Memberi larangan atau anjuran pun harus ada alasan berdasarkan fakta. Sehingga anak diharapkan bisa cerdas dan kritis dalam berpikir.

Prinsipnya, jadi orang baik itu pasti akan datang balasan kebaikan, tapi orang cerdas yang baik akan lebih bermanfaat.

Dan jika orang tua mengingingkan anaknya menjadi profesi atau punya tujuan tertentu, misalnya jadi dokter, ustad atau engineer, ya pastikan dari kecil sudah dibiasakan dengan lingkungan tersebut dan diarahkan ke pikiran cita-cita yang diingkan.

Sehingga ketika besar, anak tidak merasa terpaksa dengan keinginan orang tuanya. Dan seharusnya memang anak tidak dipaksa sih. Selama tidak melenceng dari agama dan halal, ya udah gak masalah mau jadi apa juga. Hehe.

3. Memberi contoh, mengajak beribadah serta memberi pengetahuan dan pemahaman tentang agama.


Sejak kecil, diusahakan selalu dilibatkan dalam beribadah dan kegiatan lainnya. Diajarkan, disuruh menghapal serta memahami banyak hal terkait agama.

Tentunya, orang tua pun memberi contoh dan sebisa mungkin ikut terlibat dalam prosesnya. Karena dalam hal apapun, kayanya mah kalau diberi contoh langsung akan lebih tergugah dengan sendirinya.

4. Membiasakan dan memberi contoh hidup sehat


Dengan terbiasa hidup sehat, akan terhindar berbagai macam penyakit dan menghadapai masa depan pun lebih sedikit tantangannya. Karena fisiknya sehat dan siap.

5. Mengajarkan dan mengenalkan dirinya sesuai kodratnya. Serta mengajarkan cara menghadapi permasalahan diri sendiri.


Menurut saya ini penting sih buat diajarkan ke anak, biar mentalnya kuat. Agak miris sih kalau sampai dewasa, anak belum tau gimana cara mencintai dan menghargai dirinya sendiri.

Atau belum tau batasan mana orang lain boleh mengatur hidupnya, belum tau batas mana dirinya boleh disentuh fisiknya. Hiks.

6. Disiplin dan konsisten


Dengan disipilin dan konsisten, anak jadi tau mana yang baik dan mana yang salah. Kalaupun mesti berdamai dengan situasi, orang tua tidak lupa memberi penjelasan. Sehingga anak tidak bingung dan punya prinsip yang jelas.

7. Sayangilah anak, terima apa adanya, dan intropeksi diri.


Setuju gak, apa yang terjadi dengan anak, itu disebabkan oleh gen orang tua dan juga cara mendidiknya? Bahkan, saat lingkungan yang mempengaruhi, tetap ada andil orang tua. Kenapa orang tua membiarkan anaknya berada di lingkungan yang buruk?

Jadi sebisa mungkin terima anak apa adanya dan sayangi lah sepenuh hati. Jangan pelit dan perhitungan, berikan yang terbaik lahir batin dalam hidupnya tanpa pernah diungkit kembali. Toh, yang mau punya dan terlahir anak kan orang tua sendiri (apapun alasan dibaliknya).

Bahkan, menurut saya pribadi, orang tua gak perlu jadi teman anak, selama orang tua mendengarkan dan memahami anak dengan baik serta memposisikan diri seperti anak sesuai dengan zamannya. Dengan begini pun, anak pasti merasa nyaman dengan orang tua senyaman dengan temannya.

Karena tidak bisa dipungkiri, orang tua yang sudah hidup jauh lebih lama dari anak tentu punya pandangan yang lebih banyak.

Tapi kan kehidupan terus berkembang, jadi sebisa mungkin orang tua harus update, open minded, dan tentunya harus rajin intropeksi diri. Selama tidak terkait aturan agama, fleksibel dan tetap bertanggung jawab aja sih.
Banyak ya bun tips mendidik anaknya. Hehe. Tapi itu resiko sih. Berdua yang bikin anaknya, ya udah berdua pula didik anaknya. Karena kalau gak dididik, ya atuh jangan. Berani berbuat, berani pula bertanggung jawab.

Udah, selama bahagia dan mau terus belajar mah tenang aja. Yakin deh bisa tercapai semua cara mendidik yang ideal. Karena good vibe akan menghasilkan sesuatu yang baik. Iya kan? Hehe.

Salam,


Hani, yang selalu berdoa punya anak sholeh dan sholehah. Aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hehooo semuanya,

Terima kasih telah mampir di blog www.nisaahani.com. Semoga bermanfaat ya tulisannya. Di tunggu komentarnya. Dan sangat terima kasih kembali jika tidak meninggalkan link atau mengopi tulisan di blog ini tanpa izin. :)