Berdasarkan data BPS (Badan Pusat Statistik) pada Maret 2025, ada 23,85 juta jiwa masyarakat Indonesia yang hidup dalam kemiskinan, termasuk 2,38 juta jiwa dalam kategori kemiskinan ekstrim. Meski dari data termasuk turun dibandingkan sebelumnya, tapi garis kemiskinan juga diturunkan. Itulah mengapa menurun pula data masyarakat miskinnya. Waduh, tujuannya apa ya itu? ๐
Btw, mengapa ya kemiskinan masih menjadi tantangan untuk Indonesia? Permasalahannya ada dimana? Mengapa kemiskinan masyarakat Indonesia masih belum terselesaikan?
Padalah Indonesia menjadi negara paling dermawan di dunia versi CAF (Charities Aid Foundation). Yang bisa diartikan, Indonesia negara yang kuat budaya gotong royongnya, karena masyarakatnya banyak yang mau membantu orang lain. Bahkan, menurut data tahun 2024, penghimpunan zakat, infak, sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya (ZIS-DSKL) secara nasional bisa mencapai Rp40,509 triliun, dengan pertumbuhan 25,3% dibanding tahun sebelumnya.
Hmmm... mari jawab menurut pendapat masing-masing. Terlebih lagi sepertinya masyarakat sekarang sudah semakin paham permasalahannya dimana. ๐๐
Baca juga: Jakhumfest Dompet Dhuafa
Acara Sarasehan Tokoh Bangsa
Hari Rabu pada tanggal 13 Agustus 2025 di Sasana Budaya Rumah Kita Dompet Dhuafa, dalam rangka memperingati momentum HUT RI ke-80, Dompet Dhuafa menggelar acara Sarasehan Tokoh Bangsa dengan tema Merajut Kebersamaan, Mewujudkan Merdeka dari Kemiskinan. Dengan harapan bisa memperkuat kolaborasi lintas sektor demi Indonesia yang bebas dari kemiskinan.
Acara berupa talk show dan diskusi terbuka bersama:
- Yudi Latif, Ph.D (Aktivis dan Cendikiawan)
- Dr. H. Rahmat Hidayat, SE., MT. (Sekjen Dewan Masjid Indonesia)
- Dr. Bambang Widjojanto (Aktivis Hukum dan Demokrasi)
- Dr. KH. Muhammad Zaitun Rasmin, Lc., M.A (Wakil Sekretaris Dewan Pertimbangan MUI)
- dan dipandu moderator Dede Apriadi (Pemimpin Redaksi di Nusantara TV)
![]() |
Penampilan Angklung oleh Srikandi Dompet Dhuafa |
Namun, sebelumnya dibuka terlebih dahulu dengan penampilan angklung dari Srikandi Dompet Dhuafa dengan apik. Ini merupakan bentuk dukungan Dompet Dhuafa untuk women leadership.
![]() |
Bapak Ahmad Juwaini selaku Ketua Pengurus YDDR (Yayasan Dompet Dhuafa Republika) |
Selanjutnya, ada pembukaan dari Bapak Ahmad Juwaini selaku Ketua Pengurus YDDR (Yayasan Dompet Dhuafa Republika). Beliau mengatakan, "Kita ingin mempertegas bahwa kemerdekaan sejati adalah saat seluruh rakyat terbebas dari belenggu kemiskinan. Melalu forum ini, kami berharap lahir komitmen bersama untuk mempercepat pengentasan kemiskinan secara sistemik dan berkelanjutan dan juga peran filantropi. Kami mengajak seluruh elemen bangsa untuk menjadikan filantropi bukan hanya aksi sosial, tapi juga gerakan perubahan yang mengangkat martabat bangsa."
![]() |
Bapak Parni Hadi, selaku Inisiator dan Ketua Pembina YDDR |
Berikutnya, ada keynote speech dari Bapak Parni Hadi, selaku Inisiator dan Ketua Pembina YDDR. Pak Parni Hadi meminta untuk terus "tumbuh", tidak hanya berada di zona nyaman. Jangan takut gagal, jangan takut mencoba meningkatkan peradaban.
![]() |
Dari kiri ke kanan: Yudi Latif, Ph.D, Dr. H. Rahmat Hidayat, SE., MT., Dede Apriadi, Dr. Bambang Widjojanto, Dr. KH. Muhammad Zaitun Rasmin, Lc., M.A |
Kemudian, dilanjutkan diskusi kebangsaan. Diskusi berupa dialog konstruktif dengan para narasumber yang memberikan materi dan juga menjawab pertanyaan sesuai dengan bidangnya, seperti:
- Bapak Dr. H. Rahmat Hidayat, SE., MT. yang membahas Masjid sebagai Pusat Peradaban Umat dan Perannya dalam Meningkatkan Kompetensi Hard and Soft Skill Masyarakat
Beliau mengingatkan dengan beberapa ayat dan hadis terkait umat yang harus menghindari kemiskinan. Karena "Kefakiran hampir-hampir mendekatkan kepada kekufuran." (HR. Abu Nu'aim) Jadi jangan takut menjadi orang kaya! Bahkan, di Al-Qurรกn Surat An-Nisa ayat 9 ditekankan pentingnya memikirkan nasib anak-anak kita di masa depan dan tidak ditinggalkan dalam keadaan lemah, termasuk lemah harta.
Beliau juga mengatakan, "Di Indonesia, terdapat lebih dari 800 ribu masjid yang tersebar di seluruh penjuru negeri. Jaringan masjid yang luas merupakan aset berharga untuk menjangkau masyarakat di berbagai daerah, baik di perkotaan maupun pedesaan. Dengan merajut kebersamaan, masjid dapat menjadi pusat peradaban, sarana meningkatkan kompetensi umat baik hard skill maupun soft skill, serta mereka menjadi berdaya dan terbebas dari kemiskinan."
Dengan masjid yang diberdayakan dengan baik, bisa membantu memakmurkan masyarakat. Sehingga para mustahik menjadi muzakki.
- Bapak Dr. KH. Muhammad Zaitun Rasmin, Lc., M.A yang membahas Peran MUI dalam Transformasi Sosial dan Moderasi Beragama Menuju Indonesia Merdeka dari Kemiskinan
Beliau menjawab pertanyaan dan juga mengingatkan bahwa harta tidak hanya beredar pada orang kaya saja. Serta, meminta pemerintah tidak salah menerapkan konsep amanat. Pemerintah harus memenuhi kebutuhan masyarakat, seperti keamanan dan kesejahteraan.
- Bapak Yudi Latif, Ph.D membahas tentang Merawat Nilai-Nilai Pancasila dan Spirit Kebangsaan bagi Generasi Muda
Beliau memberi tahu bahwa merdeka ada dua, yaitu negative liberty seperti merdeka dari kemiskinan dan positive liberty seperti merdeka mengakses pendidikan supaya tidak lagi miskin. Sayangnya, untuk positive liberty masih saja terkendala, karena belum meratanya akses pendidikan di Indonesia. Padahal, selain iman yang kuat sehingga melahirkan daya juang, etos juang, dan lain sebagainya, dengan pendidikan, bisa melahirkan pengetahuan dan keterampilan sehingga bisa keluar dari kemiskinan.
- Bapak Dr. Bambang Widjojanto yang membahas tentang Tata Kelola, Keadilan Sosial dan Reformasi Struktural untuk Mengatasi Kemiskinan
Beliau mengatakan bahwa pemerintah harus memperbaiki data. Data kekayaan dibuat transparan. Karena dengan data yang akurat bisa membuat kebijakan yang jauh lebih tepat. Jangan semua permasalahan diberi bansos, tapi bansosnya rawan dikorupsi karena tidak tepat sasaran.
Pemerintah harus menghilangkan the parent of corruption, seperti menghilangkan conflict of interest dan gratifikasi. Ini demi mewujudkan Alinea keempat UUD 1945.
Kita juga diajak untuk paham apa bedanya "mengentaskan" dengan "menuntaskan" kemiskinan. Jika mengentaskan, artinya mengurangi kemiskinan, sedangkan menuntaskan artinya menghilangkan kemiskinan. Kita mau yang mana?
Baca juga: Sedekah daging di Dompet Dhuafa
Peluncuran Buku Dompet Dhuafa
Setelah selesai diskusi, acara ditutup dengan peluncuran buku "Catur Windu Dompet Dhuafa" dan "Senyum Nabi", serta pernyataan sikap bersama untuk "Kemerdekaan dari Kemiskinan".
Baca juga: Kurban di Dompet Dhuafa
Penutup
Alhamdulillah sekali saya bisa mengikuti acara ini. Karena dengan acara ini, sepertinya tidak hanya saya saja, tapi yang mengikuti atau melihat acaranya terpecik secercah harapan. Dengan menguatkan semangat gotong royong bangsa, optimis semua masyarakat Indonesia bisa merdeka dari kemiskinan.
Terima kasih Dompet Dhuafa dengan acaranya dan juga sudah berdiri lebih dari Catur Windu (32 tahun) berkontribusi menghadirkan layanan pemberdayaan dan pengembangan umat melalui 5 pilar program, yaitu pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial kebencanaan, dakwah, budaya, dan CSR. Serta, menerapkan tata kelola sesuai prinsip GCG (Good Corporate Governance) yang transparan, akuntabilitas, responbilitas, independensi, dan kewajaran. Sehingga tidak hanya organisasinya berjalan sesuai regulasi, kepatuhan syariah, dan ketentuan lainnya, tapi juga membantu Indonesia merdeka dari kemiskinan.
Yak, sekian dulu sharing saya kali ini, semoga poin-poin yang disampaikan para tokoh bangsa di acara sarasehan yang digelar Dompet Dhuafa bisa bermanfaat dan bisa merajut kebersamaan, mewujudkan Indonesia merdeka dari kemiskinan!
#DompetDhuafa #DialogKebangsaan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Hehooo semuanya,
Terima kasih telah mampir di blog www.nisaahani.com. Semoga bermanfaat ya tulisannya. Di tunggu komentarnya. Dan sangat terima kasih kembali jika tidak meninggalkan link atau mengopi tulisan di blog ini tanpa izin. :)