nisaahani: blogger yang suka sharing review: Keseruan di PARARA Mini Fest 2025: Talkshow Literasi Pangan Lokal, Diskusi Buku "Puan Maestro", dan Kreasi Wastra

Selasa, 16 September 2025

Keseruan di PARARA Mini Fest 2025: Talkshow Literasi Pangan Lokal, Diskusi Buku "Puan Maestro", dan Kreasi Wastra


Pada tanggal 12-13 September 2025 ada event PARARA (Panen Raya Nusantara) Mini Fest 2025 di Taman Literasi Martha C. Tiahahu, Blok M, yang bisa dikunjungi secara gratis! Ada banyak kegiatan seru yang bisa diikuti, seperti:
  • PARARA Creative Product Exhibition
  • Talkshow Generasi Muda dan Transformasi Sistem Pangan Berkelanjutan
  • Diskusi Buku "Puan Maestro" dan Kreasi Fashion Gen Z dengan Wastra Indonesia
  • Nusantara Culinary Cooking Demo
  • dll


Talkshow Generasi Muda dan Transformasi Sistem Pangan Berkelanjutan





Saat ke sana di hari Jumát, tanggal 12 September, setelah melihat-lihat venue dan produk yang dipamerkan, saya menuju Perpustakaan-nya. Karena di situ lah tempat dilaksanakan talkshow-nya.


Dengan moderator talkshow Kakak Feri Nur Oktaviani (Direktur Pengembangan Ekonomi dan Pengelolaan Sumber Daya Lestari AMAN) dan juga 3 narasumber, yaitu:
  • Febriana Tambunan (Media and Communication Officer Indonesia Organic Alliance)
  • Ari Moch Arif (Climate and Energy Lead WWF Indonesia)
  • Akhmad Zainal Mubarak (Agroecosystem Team -Yayasan KEHATI)

selama sekitar satu setengah jam saya mempelajari literasi pangan lokal. Berikut ini info yang saya ambil dari pembahasannya.


Indonesia Organic Alliance (AOI)


Kak Febriana atau bisa dipanggil Kak Eby menjelaskan bahwa Aliansi Organis Indonesia (AOI) adalah NGO yang 20 tahun terakhir bergerak dalam pengembangan pertanian organik, melakukan upaya-upaya adaptasi mitigasi perubahan iklim melalui pertanian berkelanjutan, dsb. AOI berbentuk keanggotaan, ada 126 anggota di seluruh Indonesia dengan berbagai latar belakang, seperti kelompok tani, dosen, dll.

Anggota AOI juga membangun jaringan untuk membesarkan dan mengedukasi konsumen tentang pertanian organik serta pangan lokal. Contoh di Sumatera Utara, tepatnya di Kabupaten Dairi, AOI mendukung kekuatan pangan lokal dan semangat kerja petani untuk dikenal lebih luas dengan mengadakan PETRASA FAIR. Sedangkan di Salatiga, AOI mendukung dengan mengadakan Pasar Sehat Salatiga, yang merupakan inisiatif dari Warung Hijau Trukajaya, yang peduli dengan pangan sehat, organik, serta sebisa mungkin pasok makanannya dari lingkup Salatiga dan sekitarnya.

AOI juga punya program Organic Youth Movement dalam rangka regenerasi petani dengan memberi pelatihan selama 4 hari dengan cukup intens. Dalam kurikulumnya tidak hanya mengenalkan pangan lokal, tapi mengajarkan untuk berinovasi, seperti singkong menjadi tepung mocaf, yang kemudian diolah kembali menjadi aneka makanan. Lalu, ketika di Labuan Bajo, diajarkan mengelola sorgum menjadi cookies, brownies, puding, bolu, dll.

Untuk generasi mudanya sendiri di AOI ada yang tertarik dari olahan, ada juga yang tertarik dari budidaya, dll. Jadi, AOI membantu generasi muda atau sekarang biasa kita sebut gen z menemukan kekuatannya dimana, lalu dilakukan kolaborasi.


Climate Smart Agriculture (CSA)


Kak Ari menyampaikan beberapa terkait dampak perubahan iklim di sektor pertanian yang diperkirakan bisa menurunkan produksi padi di tahun 2020-2045. Secara keseluruhan, potensi kerugian bagi ekonomi nasional di sektor pertanian sekitar Rp77,9 triliun. Oleh karena itu, kondisi tersebut harus diantisipasi dengan peningkatan produksi pangan setidaknya 60%.

Namun, meski ada jurusan pertanian, nyatanya anak muda banyak yang ingin punya pekerjaan selain petani. Karena persepsi pendapatan dan kualitas hidup.

Oleh karena itu, diperlukan lebih banyak aktor kunci dan pemangku kepentingan selain petani untuk meningkatkan kualitas hasil panen supaya menarik minat anak muda untuk menjadi petani, seperti pihak BMKG yang membantu menyediakan data dengan akurasi tinggi terkait meteorologi, klimatologi, kualitas udara, geofisika, dll. Dari Dinas Pertanian juga seharusnya menyediakan benih sesuai dengan karakteristik tanah/lingkungan setempat. Dana daerah juga seharusnya dialokasikan untuk membantu petani. Lalu, dari pihak perusahaan juga sebaiknya mengambil produk dari pertanian lokal, dll. Sehingga tidak hanya petani yang diberikan pelatihan yang sesuai dengan wilayahnya supaya lebih memahami pertaniannya, tapi ada pihak-pihak lain yang membantu untuk meningkatkan produksi pangan lokal minim rugi.

Para pihak harus tahu tujuan utama dari Climate Smart Agriculture (CSA), yaitu:
  • Meningkatkan produktivitas pertanian dan pendapatan secara berkelanjutan
  • Menyesuaikan diri terhadap perubahan iklim dan membangun ketahanan terhadap dampaknya
  • Mengurangi serta menghilangkan emisi gas rumah kaca jika memungkinkan

Dengan paham tujuannya, diharapkan bisa meningkatkan produksi pangan lokal dengan kolaborasi cerdas, yang tentunya menguntungkan semua pihak.

Cara Membuat Generasi Muda Berperan di Sistem Pangan Berkelanjutan



Kak Zainal mencertitakan aktivitas KEHATI di Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur dan juga cara bagaimana generasi muda mengambil peran, seperti diberikan ruang untuk memilih ingin aktif di bagian apa, diberi peluang tanpa diskiriminasi, bermakna dengan diperbolehkan aktif, pendapatnya didengar dengan baik, diperbolehkan mendapat informasi penuh, dipercaya dengan diberi kesempatan membuat keputusan, dll. Yang pasti membuat ruang nyaman dan aman untuk generasi muda.


Diskusi Buku "Puan Maestro"




Di talkshow selanjutnya, ada Kak Adinindyah yang mendiskusikan buku "Puan Maestro". Buku yang diterbitkan oleh Teras Mitra, berisi tentang perempuan penenun kain di Biboki, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Tidak seperti buku pada umumnya yang biasanya berisikan satu maestro, tapi di buku "Puan Maestro" ada banyak mama-mama penenun yang menjadi maestro. Yang menceritakan kisah hidupnya dan juga hasil tenunnya.

Buku ini dilatarbelakangi ketika ditinggal Mama Yovita, penggerak penenun di Timor Tengah Utara, NTT. Beliau menggerakan para janda atau mama yang ditinggal suaminya untuk menenun dan mendapatkan penghasilan. Buku "Puan Maestro" dibuat untuk menjalin kembali hubungan ke mama-mama penenun yang sempat terlepas ketika Mama Yovita meninggal.

Di buku "Puan Maestro" juga ada foto-foto anak-anak yang mengikuti Sekolah Tenun Kampung yang diselenggarakan Weaving for Live, yang mana anak-anak mulai umur 6 tahun diajarkan untuk menenun mulai dari menggulung benang hingga jadi kain tenun yang bisa dijual, dikreasikan oleh designer, dan uangnya bisa diberikan kembali ke anak-anak tersebut. Di Weaving for Life juga menggandeng anak-anak untuk mengikuti pelatihan selama satu bulan supaya bisa menceritakan tentang tenun di daerahnya.

Menenun kini mungkin sudah banyak ditinggalkan, sudah ada yang menggunakan benang jadi, bukan memproses mulai dari kapas, tetapi dengan adanya buku ini diharapkan bisa ikut serta melestarikan tenun. Karena tenun bukan sekedar warisan budaya, tapi juga tempat mama-mama menceritakan sekelilingnya melalui motif dan pilihan warna, sebagai penghapus stigma seperti Bomba Kumbaja, penenun di Sulawesi Tengah, serta sebagai bentuk berdaya. Karena tenun bisa jadi penghasilan maupun tabungan yang bisa dijual untuk memenuhi kebutuhan.


Kreasi Fashion dengan Wastra Indonesia



Selanjutnya, ada kreasi fashion dengan wastra Indonesia bersama Kak Poppy Barkah dan Kak Nana Lystiani dari Perkumpulan Wastra Indonesia. Perkumpulan Wastra Indonesia berawal dari facebook tahun 2016, yang berisikan anggota dengan berbagai latar belakang untuk mendiskusikan terkait wastra Indonesia. Sudah mengikuti berbagai pameran, diskusi, dll.


Di sesi kreasi fashion ini tidak hanya mempraktikkan cara menggunakan wastra dengan tepat sesuai dengan ketentuannya, tetapi juga ditampilkan aneka wastra atau kain Indonesia. Dengan sesi ini diharapkan bisa menambah kecintaan terhadapat wastra nusantara.



Penutup


So, apa yang bisa kita lakukan untuk ambil peran bagian untuk peduli meningkatkan pangan lokal? Berikut ini beberapa yang bisa dilakukan:
  • Ambil peran sesuai passion
  • Membuat percontohan pangan organik lokal di kebun sendiri, tanpa pestisida dan menanam sereh wangi di sekitar tanaman yang ditanam untuk menangkal hama
  • Mengubah pandangan petani menjadi entrepreneur agribisnis, jika dirasa itu membuat lebih percaya diri untuk terjun di bidang pertanian
  • Mengajak teman untuk bertani bersama
  • Bekolaborasi dengan pemerintah atau pihak yang bisa membantu petani
  • Berpartisipasi membuat festival atau membuka booth terkait pangan lokal untuk menampilkan kepada publik
  • Ketika membuat acara terkait pangan lokal, mengundang lebih banyak pihak, seperti pemerintah dan 
  • Jadi kontributor untuk mendokumentasikan pangan lokal

Sedangkan, untuk wastra Indonesia, generasi muda bisa mengambil peran dengan beberapa langkap berikut:
  • Mengenal lebih dekat wastra Indonesia
  • Menggunakan wastra nusantara
  • Berbagi cerita terkait wastra Indonesia
  • Bergabung di komunitas wastra, seperti Teras Mitra

Overall acara PARARA Mini Fest 2025 menarik sekali, tidak hanya menambah pengetahuan dan semakin memupuk cinta terhadap wastra Indonesia, tetapi juga mengajak generasi muda berperan aktif meregenerasi tenun serta meningkatkan kualitas pangan lokal dengan cara lebih cerdas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hehooo semuanya,

Terima kasih telah mampir di blog www.nisaahani.com. Semoga bermanfaat ya tulisannya. Di tunggu komentarnya. Dan sangat terima kasih kembali jika tidak meninggalkan link atau mengopi tulisan di blog ini tanpa izin. :)